TARAF KESUKARAN TES DAN DAYA PEMBEDA TES
Makalah
ini diajukan untuk memenuhi tugas kelompok
Mata
Kuliah: Evaluasi Pembelajaran
Dosen: Naeila Rifatil
Muna, S.Psi.M.Pd
Disusun
Oleh:
Fadilah
: (59430585)
Fahmi Khaidir. A. : (59430586)
Elin Yulianti : (59430583)
Nurul Aini : (59430605)
Tarbiyah/PBI-C/VI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON
2012
KATA
PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah Swt. yang telah memberikan
begitu banyak limpahan nikmat sehingga di antara nikmat-Nya tersebut penulis
dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah dalam rangka menuntut ilmu.
Shalawat beriringkan salam semoga tetap terlimpah curahkan
kepada baginda kita yang telah menuntun umatnya dari zaman jahiliah menuju
zaman ilmiah a’ni Nabi besar Muhammad Saw. juga kepada keluarganya, para
sahabatnya, tabi’in dan tabi’atnya, serta sampai kepada kita selaku umatnya hingga
hari kiamat, Amiin.
Selanjutnya makalah yang berada di hadapan pembaca merupakan
uraian materi yang ditulis mengacu kepada potensi kependidikan, khususnya
kegiatan seorang pendidik dengan Dosen pengampu, M.Pd. yaitu. yang
Alhamdulillah telah selesai ditulis. Tidak akan ada kata selesai disusun
makalah ini melainkan dukungan dari semua pihak baik segi moril maupun materil.
Untuk itu penulis sampaikan banyak terima kasih.
Sudah barang tentu dalam makalah ini tidak luput dari
kekeliruan ataupun kekurangan baik dalam materi maupun dalam hal ikhwal
penyusunan. Untuk itu penulis bermohon maaf dan tak lupa untuk sedia menerima
berbagai masukan yang bersifat membangun untuk penyempurnaannya.Semoga makalah
ini dapat bermanfaat untuk penulis khususnya dan untuk para pembaca pada
umumnya.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................ ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.............................................................................
B.
Rumusan
Masalah..........................................................................
C.
Tujuan
Masalah..........................................................................................
II.
PEMBAHASAN
A.
Analisis Tingkat Kesukaran Test..................
B.
Daya
Pembeda Test..................................................
III.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan............................................................................................
Daftar Pustaka
BAB1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tes merupakan
suatu bentuk alat evaluasi untuk mengukur seberapa jauh tujuan pengajaran telah
tercapai. Salah satu cara untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang paling
efektif ialah dengan jalan mengevaluasi tes hasil belajar yang diperoleh dari
proses belajar-mengajar itu sendiri. Dengan kata lain, hasil tes itu kita olah
sedemikian rupa sehingga dari hasil pengolahan itu dapat diketahui
komponen-komponen manakah dari proses belajar-mengajar itu yang masih lemah.
Pengolahan tes
hasil belajar dalam rangka memperbaiki proses belajar-mengajar dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain :
a.
Dengan membuat analisis soal (item analisis)
b.
Dengan menghitung validitas dan keandalan
Dalam makalah
ini akan dibahas lebih lanjut mengenai analisis soal (item analisis). Analisis butir
soal atau item analisis adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar
diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai. Ada dua
jenis analisis butir soal, yakni analisis tingkat kesukaran soal dan analisis
daya pembeda.
Menurut
Thorndike dan hagen (1977), analisis terhadap soal-soal tes yang telah dijawab
oleh murid-murid mempunya dua tujuan penting, yaitu:
·
Pertama, jawaban-jawaban soal itu merupakan
informasi diagnostic untuk meneliti pelajaran dari kelas itu dan
kegagaln-kegagalan belajarnya, serta selanjutnya untuk membimbing kea rah cara
belajar yang lebih baik.
·
Jawaban-jawaban terhadap soal-soal yang terpisah
dan perbaikan (review) soal-soal yang didasarkan atas jawaban-jawaban itu
merupakan basis bagi penyiapan tes-tes yang lebih baikuntuk tahun berikutnya.
Jadi, tujuan
khusus dari analisis soal adalah mencari soal tes mana yang baik dan mana yang
tidak baik, dan mengapa item soal itu dikatakan baik atau tidak baik.
B. Rumusan Masalah
1.
Sampai dimana tingkat atau taraf kesukaran soal
itu?
2.
Apakah soal itu mempunyai daya pembeda sehingga dapat membedakan kelompok siswa yang
pandai dengan kelompok siswa yang tidak pandai?.
C. Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui dimana tingkat atau taraf
kesulitan soal itu.
2.
Untuk mengetahui apakah soal itu mempunyai daya
pembeda atau tidak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Tingkat Kesukaran Test
Analisis tingkat
kesukaran soal yaitu mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya sehingga
dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Tingkat
kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab,
bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting
dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan
criteria soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar.
Tingkat
kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat
kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat
kesukaran pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya bekisar
0,00 – 1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil
perhitungan, berarti semakin mudah soal itu.
Di dalam istilah
evaluasi, indeks kesukaran diberi simbol P (p besar), singkatan dari kata
”proporsi”. Adapun persamaan atau rumus yang digunakan untuk mencari P adalah:
P = x__
SmN
P
: proporsi menjawab benar
atau tingkat kesukaran
x : banyaknya peserta didik tes yang
menjawab benar
Sm
: skor maksimum
N
: jumlah
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di
atas menggambarkan tingkat kesukaran soal itu. Sebagai pedoman umum, tingkat
kesukaran soal dapat dikategorikan sebagai berikut.
Nilai (p)
|
Kategori
|
p <
0,3
0,3 ≤
p ≤ 0,7
p >
0,7
|
Sukar
Sedang
Mudah
|
RESPONDEN
|
SKOR BUTIR SOAL
SETIAP NOMOR SOAL
|
TOTAL SKOR
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
6
|
2
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
5
|
3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
9
|
4
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
5
|
5
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
5
|
6
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
6
|
7
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
3
|
8
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
6
|
9
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
9
|
10
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
4
|
11
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
8
|
12
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
5
|
13
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
7
|
14
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
7
|
15
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
3
|
16
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
5
|
17
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
7
|
18
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
6
|
19
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
5
|
20
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
6
|
X
|
10
|
14
|
13
|
14
|
13
|
14
|
3
|
14
|
10
|
12
|
117
|
N = 20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
|
P
|
0.5
|
0.7
|
0.65
|
0.7
|
0.65
|
0.7
|
0.15
|
0.7
|
0.5
|
0.6
|
P(1) = __x___ P(2) = __x___ P(3) = __x__
SmN SmN SmN
_10___ _14__ _13__
1x20 1x20 1x20
0.5 sedang 0.7 mudah 0.65 sedang
P(4) = __x___ P(5)
= ___x__
SmN SmN
_14___ _13__
1x20 1x20
0.5 sedang 0.65 sedang
P(6) = __x___ P(7) = __x___ P(8) = __x___
SmN SmN SmN
_14__ _3___ _14_
1x20 1x20 1x20
0.7 mudah 0.15 sukar 0.7 mudah
P(9) = __x___ P(10)
= ___x__
SmN SmN
_10___ _12___
1x20 1x20
0.5 sedang 0.6 sedang
Dari hasil
perhitungan nampak bahwa tingkat kesukaran soal nomor 2, 6 dan 8 adalah 0.7
atau tujuh puluh persen peserta didik tes menjawab benar. Soal no 2, 6 dan 8
adalah soal yang paling mudah. Sebaliknya, tingkat kesukaran soal nomor 7
adalah 0.15 lima belas persen peserta
didik tes yang menjawab benar soal tersebut. Soal nomor 7 adalah soal yang
paling sukar di antara semua soal. Sedangkan soal nomor 1, 3, 4, 5, 8, 9 dan
10 termasuk pada kategori soal yang
sedang.
Setelah indeks
tingkat kesukaran diperoleh,
maka harga indeks kesukaran tersebut diinterpretasikan
pada kriteria sesuai tabel berikut:
Interpretasi Tingkat Kesukaran
Indeks Tingkat Kesukaran
|
Kriteria
|
0 – 15 %
|
Sangat sukar, sebaiknya dibuang
|
16 % – 30 %
|
Sukar
|
31 % – 70 %
|
Sedang
|
71% - 85%
|
Mudah
|
86%-100
|
Sangat mudah, sebaiknya dibuang
|
Soal dikatakan baikapabila soal
tersebut tidak terlalu sukar atau terlalu mudah. Soal yang terlalumudah, yakni
semua anak dapat mengerjakan dengan benar, adalah tidak baik. Demikian juga
soal yang terlalu sukar, yaitu semua anak tidak dapatmengerjakan soal dengan
benar, juga merupakan soal yang tidak baik. Hal itu disebabkan karena soal yang
terlalu mudah tidak merangsang peserta didikuntuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Dan soal yang terlalu sukar menyebabkan peserta didik putus asa
serta menjadi tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar
jangkauannya.
Ada
beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori
mudah, sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan,
yakni jumlah soal sama untuk ketiga kategori tersebut. Artinya, soal mudah,
sedang, dan sukar jumlahnya seimbang. Persoalan lain adalah menentukan criteria
soal, yaitu ukuran untuk menentukan apakah soal tersebut termasuk mudah, sedang
atau sukar. Dalam menentukan criteria ini digunakan judgement dari guru
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut antara
lain adalah :
a.
Abilitas yang diukur dalam pertanyaan tersebut
b.
Sifat materi yang diujikan atau ditanyakan
c.
Isi bahan yang ditanyakan sesuai dengan bidang
keilmuannya, baik luasnya maupun kedalamannya
d.
Bentuk soal
B. Daya Pembeda Test
Yang dimaksid
dengan daya pembeda suatu soal tes adalah bagaimana kemampuan soal itu untuk
membedakan siswa-siswa yang termasuk kelompok pandai, dengan siswa-siswa yang
termasuk kelompok kurang. Artinya, bila soal tersebut diberikan kepada anak
yang mampu hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi, dan bila diberikan kepada
siswa yang lemah, hasilnya rendah. Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda
apabila tes tersebut, jika diujikan kepada anak berprestasi tinggi, hasilnya
rendah tetapi bila diberikan kepada anak yang lemah hasilnya lebih tinggi. Atau
bila diberikan kepada kedua kategori siswa tersebut hasilnya sama saja.
Dengan demikian,
tes yang tidak memiliki daya pembeda, tidak akan menghasilkan gambaran hasil
yang sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya. Akan terlihat aneh apabila
anak pandai tidak lulus tetapi anak bodoh lulus dengan baik tanpa dilakukan
manipulasi oleh si penilai atau di luar factor kebetulan.
Angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks daya pembeda (item discrimination)
disingkat D (d besar). Indeks daya pembeda didefinisikan sebagai selisih antara
proporsi jawaban benar pada kelompok atas (peserta didik tes yang mampu/pandai)
dengan proporsi jawaban benar pada kelompok bawah (peserta didik tes yang
kurang mampu/pandai). Umumnya, para ahli tes membagi kelompok ini menjadi 27%
atau 33% kelompok atas dan 27% atau 33% kelompok bawah (Cureton, 1957).
Pembagian Kelompok 27%
Responden
|
SKOR BUTIR SOAL SETIAP
NOMOR SOAL
|
Total
Skor
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
9
|
2
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
9
|
3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
8
|
4
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
7
|
5
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
7
|
6
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
7
|
7
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
6
|
8
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
6
|
9
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
6
|
10
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
6
|
11
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
6
|
12
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
5
|
13
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
5
|
14
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
5
|
15
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
5
|
16
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
5
|
17
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
5
|
18
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
4
|
19
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
3
|
20
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
3
|
Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00
sampai 1,00. Tanda negatif menunjukkan bahwa peserta didik tes yang
kemampuannya rendah dapat menjawab benar sedangkan peserta didik tes yang
kemampuannya tinggi menjawab salah. Dengan demikian, soal yang indeks daya
pembedanya negatif menunjukkan terbaliknya kualitas peserta didik tes. Indeks
daya pembeda dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini.
D = _A__
- B___
nA nB
D =
indeks daya pembeda
A
= jumlah peserta didik tes yang menjawab benar pada kelompok
atas
B = jumlah peserta didik tes yang
menjawab benar pada kelompok
bawah
nA =
jumlah peserta didik tes kelompok atas
nB = jumlah peserta didik tes kelompok bawah
Pada kebanyakan kasus, jumlah
peserta didik tes kelompok atas sama dengan jumlah peserta didik tes kelompok
bawah, nA = nB = n. Dengan demikian maka rumus daya pembeda menjadi:
D = _A - B___
n
Kriteria indeks daya pembeda berdasarkan Crocker dan Algina
(1986) adalah sebagai berikut :
Daya Pembeda
|
Kualifikasi
|
0,00
– 0,19
0,20
– 0,29
0,30
– 0,39
0,40
– 1,00
|
soal tidak dipakai/dibuang
soal diperbaiki
soal diterima tapi perlu
diperbaiki
soal diterima/baik
|
Contoh:
Tingkat Kesukaran 27% kelompok atas (5
orang dari 20 peserta didik tes)
Responden
|
SKOR BUTIR SOAL SETIAP
NOMOR SOAL
|
Total Skor
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
9
|
2
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
9
|
3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
8
|
4
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
7
|
5
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
7
|
Xatas
|
4
|
5
|
4
|
5
|
4
|
4
|
2
|
4
|
4
|
4
|
|
Skor maks
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
Kel. Atas
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
|
(P) kel. Atas
|
0.80
|
1.00
|
0.80
|
1.00
|
0.80
|
0.80
|
0.40
|
0.80
|
0.80
|
0.80
|
Tingkat Kesukaran 27% kelompok bawah (5
orang dari 20 peserta didik tes)
Responden
|
SKOR BUTIR SOAL SETIAP
NOMOR SOAL
|
Total Skor
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
16
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
5
|
17
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
5
|
18
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
4
|
19
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
3
|
20
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
3
|
Xatas
|
3
|
1
|
3
|
2
|
1
|
3
|
0
|
3
|
1
|
3
|
|
Skor maks
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
Kel. Bawah
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
|
(P) kel. bawah
|
0.60
|
0.20
|
0.60
|
0.40
|
0.20
|
0.60
|
0
|
0.60
|
0.20
|
0.60
|
Daya pembeda soal nomor 1 dapat
dihitung seperti berikut:
D =
PA – PB
D = 0.8– 0.6
D = 0.2
Tabel berikut menunjukkan daya
pembeda soal nomor 1 sampai dengan nomor 10 berdasarkan perbedaan 27% kelompok
atas dan 27% kelompok bawah.
Daya Pembeda Soal
Soal
|
Tingkat
kesukaran kelompok atas
|
Tingkat
kesukaran kelompok bawah
|
Daya pembeda Soal (D)
|
1
|
0.80
|
0.60
|
0.20
|
2
|
1.00
|
0.20
|
0.80
|
3
|
0.80
|
0.60
|
0.20
|
4
|
1.00
|
0.40
|
0.60
|
5
|
0.80
|
0.20
|
0.60
|
6
|
0.80
|
0.60
|
0.20
|
7
|
0.40
|
0
|
0.40
|
8
|
0.80
|
0.60
|
0.20
|
9
|
0.80
|
0.20
|
0.60
|
10
|
0.80
|
0.60
|
0.20
|
Soal nomor 1, 3,
6, 8, dan 10 berdaya pembeda 0.20. Hal ini berarti kelompok lima soal tersebut
mempunyai kualifikasi soal yang harus diperbaiki. Hal ini sesuai dengan
pengklasifikasian daya pembeda oleh Crocker dan Algina yang telah dijelaskan
diatas.
PERHITUNGAN TINGKAT
KESUKARAN SOAL URAIAN
Responden
|
Nomor Soal
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
1
|
5
|
4
|
3
|
4
|
5
|
2
|
5
|
4
|
3
|
4
|
5
|
3
|
5
|
4
|
3
|
4
|
5
|
4
|
4
|
4
|
3
|
4
|
5
|
5
|
4
|
4
|
3
|
4
|
5
|
6
|
4
|
4
|
3
|
4
|
5
|
7
|
4
|
3
|
3
|
4
|
4
|
8
|
4
|
3
|
3
|
4
|
4
|
9
|
4
|
3
|
3
|
4
|
4
|
10
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
11
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
12
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
13
|
3
|
3
|
2
|
3
|
4
|
14
|
3
|
3
|
2
|
3
|
4
|
15
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
16
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
17
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
18
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
19
|
2
|
0
|
2
|
2
|
3
|
20
|
1
|
0
|
1
|
2
|
2
|
X
|
66
|
57
|
51
|
65
|
79
|
Skor Maksimum
|
5
|
4
|
3
|
4
|
5
|
Jumlah Peserta didik
tes
|
20
|
20
|
20
|
20
|
20
|
Tingkat Kesukaran
|
0,66
|
0,71
|
0,85
|
0,81
|
0,79
|
X 51
P(3)= = = 0,85
SmN 3 x20
|
X 65
P(4)= = = 0,81
SmN 4 x20
|
X 79
P(5)= = = 0,79
SmN 5 x20
|
X 57
P(2)= = = 0,71
SmN 4 x20
|
X 66
P(1)= = = 0,66
SmN 5 x20
|
Soal nomor 3 adalah soal paling mudah dengan tingkat kesukaran 0,85 sedangkan soal nomor 2 adalah soal yang paling
sukar (0,535) di antara lima soal yang diujikan. Walaupun demikian, soal nomor 2 masih dikatagorikan soal yang
sedang.
Tingkat kesukaran akan berpengaruh pada variabelitas skor dan
ketepatan membedakan antara kelompok peserta didik tes. Ketika seluruh soal
sangat sukar, maka skor total tentunya
rendah. Sebaliknya, ketika seluruh soal sangat mudah, tentunya skor total akan tinggi. Variabelitas akan maksimum
ketika P=0,5. Skor akan lebih bervariasi ketika semua P terletak sekitar 0,5. Tingkat kesukaran sekitar 0,5 merupakan
yang optimum. Untuk penggunaan di kelas, biasanya sebagian pendidik menggunakan tes yang sedang, yaitu P antara 0,3 sampai dengan 0,7.
Daya Pembeda Soal Uraian
Responden
|
Nomor Soal
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
1
|
5
|
4
|
3
|
4
|
5
|
2
|
5
|
4
|
3
|
4
|
5
|
3
|
5
|
4
|
3
|
4
|
5
|
4
|
4
|
4
|
3
|
4
|
5
|
5
|
4
|
4
|
3
|
4
|
5
|
6
|
4
|
4
|
3
|
4
|
5
|
7
|
4
|
3
|
3
|
4
|
4
|
8
|
4
|
3
|
3
|
4
|
4
|
9
|
4
|
3
|
3
|
4
|
4
|
10
|
3
|
3
|
3
|
4
|
4
|
11
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
12
|
3
|
3
|
3
|
3
|
4
|
13
|
3
|
3
|
2
|
3
|
4
|
14
|
3
|
3
|
2
|
3
|
4
|
15
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
16
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
17
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
18
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
19
|
2
|
0
|
2
|
2
|
3
|
20
|
1
|
0
|
1
|
2
|
2
|
Tabel berikut menunjukkan hasil
perhitungan tingkat kesukaran masing-masing kelompok .
Tabel Kelompok Atas
1
|
5
|
4
|
3
|
4
|
5
|
2
|
5
|
4
|
3
|
4
|
5
|
3
|
5
|
4
|
3
|
4
|
5
|
4
|
4
|
4
|
3
|
4
|
5
|
5
|
4
|
4
|
3
|
4
|
5
|
XAtas
|
23
|
20
|
15
|
20
|
25
|
Skor Maksimum
|
5
|
4
|
3
|
4
|
5
|
Kelompok Atas
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
(P)
Kelompok Atas
|
0.92
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
1,00
|
Tabel Kelompok Bawah
16
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
17
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
18
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
19
|
2
|
0
|
2
|
2
|
3
|
20
|
1
|
0
|
1
|
2
|
2
|
XBawah
|
9
|
6
|
9
|
10
|
14
|
Skor Maksimum
|
5
|
4
|
3
|
4
|
5
|
Kelompok Bawah
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
(P)
Kelompok Bawah
|
0,36
|
0,30
|
0,60
|
0,50
|
0,56
|
Untuk mengetahui daya pemebeda pada soal urain,
langkahnya sama dengan ketika mencari daya pembeda pada soal pilihan ganda
yaitu:
D=PA-PB
Daya Pembeda Soal
Soal
|
Tingkat Keukaran
Kelompok Atas
|
Tingkat Keukaran
Kelompok Atas
|
Daya Pembeda Soal (D)
|
1
|
0,92
|
0,36
|
0,56
|
2
|
1,00
|
0,30
|
0,70
|
3
|
1,00
|
0,60
|
0,40
|
4
|
1,00
|
0,50
|
0,50
|
5
|
1,00
|
0,56
|
0,54
|
Hasil perhitungan daya pembeda, seperti terlihat pada tabel, menunjukkan bahwa hampir seluruh
soal berfungsi sebagaimana mestinya,
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis butir
soal bertujuan untuk memperoleh kualitas soal yang baik sehingga dapat
memperoleh gambaran tentang prestasi siswa yang sebenarnya. Ada beberapa cara
melakukan analisis butir soal, yakni analisis tingkat kesukaran dan analisis
daya pembeda. Analisis tingkat kesukaran soal bertujuan untuk dapat membedakan
soal-soal katehori mudah, sedang, dan sukar. Sedangkan analisis daya pembeda
mengkaji apakah soal tersebut punya kemampuan dalam membedakan siswa yang
termasuk ke dalam kategori yang memiliki kemampuan tinggi dan kemampuan rendah.
Dengan demikian,
soal yang memiliki daya pembeda, jika diberikan kepada siswa berkemampuan
tinggi, hasilnya menunjukkan lebih tinggi daripada jika diberikan kepada siswa
yang berkemampuan rendah.
DAFTAR PUSTAKA
DEPDIKNAS, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Bahasa. 2009
Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-prinsip dan Teknil Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Sudjana, Nana. ______. Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
journal.mercubuana.ac.id
http://pakarbelajar.blogspot.com/2011/03/daya-pembeda-soal-daya-pembeda.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar