Jumat, 08 Juni 2012

kelompok 6 Konversi Nilai 1 ( Norma Relatif, Absolut,dan Kombinasi)


Konversi Nilai 1
( Norma Relatif, Absolut,dan Kombinasi)
Tugas Terstruktur
 Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran
Dosen : Naela Rifatil Muna, S.Psi.M.Pd.I










Disusun oleh :
1.      Desi Larashati                       (59430579)
2.      Laelatul Fitriyah                   (59430593)
3.      Lasmini                                 (59430594)
4.      Via Nurlaelasari                   (59430613)
5.      Yusri Salamah                      (59430616)


Semester 6 PBI-C


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2012
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konversi Nilai 1 ( Norma Relatif, Absolut,dan Kombinasi)”.
Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran pada Semester VI Tarbiyah PBI - C tahunI/2012.
Kami ucapkan mohon ma’af apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Kami mengharapkan kritik dan saran kepada rekan-rekan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfa’at pada kita semua.





Cirebon,  Maret 2012
 

                   Penulis


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C.     Tujuan ....................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Konversi .................................................................................................. 2
B.     Pengolahan dan Perubahan Skor Mentah Menjadi Nilai........................................... 4
C.     Macam-Macam Teknik dan Cara Konversi Nilai....................................................... 4
1.    Konversi Mengacu Pada PAP.......................................................................... 5
2.    Konversi Mengacu Pada PAN......................................................................... 7
3.    Kombinasi (Absolut dan Norma Relatif)......................................................... 8
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ............................................................................................................... 10
B.     Saran ......................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Nilai adalah angka atau huruf yang melambangkan seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang telah ditunjukkan oleh testee terhadap materi atau bahan yang diteskan sesuai dengan instruksional khusus yang telah di tentukan.
Salah satu unsur yang harus dipahami oleh mahasiswa agar dapat melakukan konversi nilai dengan benar adalah mengetahui apa yang dimaksud dengan konversi nilai, Norma relatif, absolut, dan kombinasi. Tanpa adanya pemahaman tentang apa itu konversi nilai, maka sangat mustahil seseorang dapat melakukan penelitian dengan baik dan benar.
Melihat urgensitas permasalahan ini maka judul dari makalah ini adalah “Konversi nilai , Norma relatif, absolut dan kombinasi” sebagai judul makalah kami.
B.       Rumusan masalah
Berdasarkan keterangan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan konversi?
2.      Bagaimana mengkonversi skor hasil tes belajar menjadi nilai?
3.      Apa saja macam-macam teknik dalam konversi?
C.      Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konversi
2.      Untuk mengetahui bagaimana cara mengkonversi nilai
3.      Untuk mengetahui macam-macam teknik dalam konversi nilai (bentuk Norma relatif, absolut dan kombinasi)












BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Konversi
Sebelum sampai pada pembicaraan tentang teknik pengolahan dan pengubahan (konversi) skor mentah hasil tes belajar menjadi nilai standar, perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang perbedaan antara skor dan nilai. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kadang-kadang orang menganggap bahwa skor itu mempunyai pengertian yang sama dengan nilai; padahal pengertian seperti itu belum tentu benar.
Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (= memberikan angka) yang diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang oleh testee telah dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya. Contoh berikut ini kiranya akan memperjelas pernyataan diatas.
Misalkan tes hasil belajar dalam bidang studi bahasa Inggris menyajikan lima butir soal tes uraian dimana untuk setiap butir soal yang dijawab dengan betul diberikan bobot 10. Siswa bernama Aisyah, untuk kelima butir soal tes uraian tersebut memberikan jawaban sebagai berikut :
·         Untuk butir soal nomor 1 dapat dijawab dengan sempurna, sehingga kepadanya diberikan skor 10.
·         Untuk butir soal nomor 2 hanya dijawab betul separohnya, sehingga skor yang diberikan kepada siswa tersebut adalah 5.
·         Untuk butir soal nomor 3, hanya sekitar seperempat bagian saja yang dapat dijawab dengan betul, sehingga diberikan skor 2,5.
·         Untuk butir soal nomor 4 dijawab betul sekitar separohnya, sehingga diberikan skor 5
·         Untuk butir soal nomor 5 dijawab betul sekitar tiga perempatnya, sehingga diberikan skor 7,5.
Dengan demikian untuk kelima butir soal tes uraian tersebut, siswa bernama Aisyah tersebut mendapatkan skor sebesar = 10 + 5 + 2,5 + 5 + 7,5 = 30. Angka 30 disini belum dapat disebut nilai, sebab angka 30 itu masih merupakan skor mentah (raw score), yang untuk dapat disebut nilai masih memerlukan pengolahan atau pengubahan (=konversi).
Nilai, pada dasarnya adalah angka atau huruf yang melambangkan : seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang telah ditunjukkan oleh testee terhadap materi atau bahan yang diteskan, sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan. Nilai, pada dasarnya juga melambangkan penghargaan yang diberikan oleh tester kepada testee atas jawaban betul yang diberikan oleh testee dalam tes hasil belajar.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa untuk sampai kepada nilai, maka skor-skor hasil tes yang pada hakikatnya masih merupakan skor-skor mentah itu perlu diolah lebih dahulu sehingga dapat diubah (dikonversi) menjadi skor yang sifatnya baku atau standar (=Standard Score).
Jadi, konversi adalah  adalah kegiatan mengubah atau mengolah skor mentah menjadi huruf. Jika tidak ada kegiatan konversi ini, maka nilai tidak bisa dinterpretasikan. Konversi adalah tekhnik pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes menjadi nilai standard, skor adalah hasil pekerjaan (=memberikan angka) yang diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang oleh testee dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya.
Konversi skor
Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai pesertta didik kedalam skor terjabar atau skor standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang diperoleh. Secara tradisional, dalam menentukan nilai peserta dididk pada setiap mata pelajaran, guru mengguanakan rumus sebagai berikut:
Nilai=   = 10 (skala 0 - 10)
Keterangan      ∑x = jumlah skor mentah
                         ∑s = jumlah soal
Contoh:
Seoarang peserta didik dites dngan menggunakan bentuk soal B S ( benar  salah).  Dari jumlah soal 30, peserta didik tersebut memperoleh jawaban betul 25, dan jawaban salah 5. Dengan demikian, skor mentahnya adalah 255= 20
Nilai =   10 = 6,67
Disamping cara tersebut diatas, ada juga guru yang langsung menentukan nilai berdasarkan jumlah jawaban yang benar, tanpa mencari skor mentah terlebih dahulu. Sesuai dengan contoh soal diatasmaka nilai peserta didik dapat ditemukan seperti berikut ini:
Nilai =   10 = 8,33
B.       Hal yang perlu dipahami dalam Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Menjadi skor standar atau nilai
Ada dua hal penting yang perlu dipahami dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi skor standar atau nilai, yaitu:
1.    Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai ada tiga cara yang dapat ditempuh, yaitu:
a.    Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu atau mendasarkan diri pada kriterium atau criterion (patokan). Cara pertama ini dengan istilah criterion referenced evaluation, dalam dunai pendidikan sering dikenal dengan istilah penilaian ber-Acuan Patokan (PAP).
b.    Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan mengacu atau mendasarkan diri pada norma atau kelompok. Cara kedua ini dikenal dengan istilah norm referenced evaluation, dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah penilaian ber-Acuan Norma (PAN), atau penilaian ber-Acuan Kelompok (PAK).
c.    Dilakukan dengan penilaian kombinasi. Gabungan dari absolut dengan norma relatif.
2.    Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dapat menggunakan berbagai macam skala, seperti: skala lima (stanfive), yaitu nilai standar berskala lima atau yang sering dikenal dengan istilah nilai huruf A, B, C, D, dan E. Skala Sembilan (stanine), yaitu nilai standar berskala Sembilan di mana rentangan nilainya mulai dari 1 sampai dengan 9 (tidak ada nilai 0 dan tidak ada nilai 10), skala sebelas (stanel = standard eleven = eleven points scale), yaitu rentangan nilai mulai dari 0 sampai dengan 10), Z score (nilai standar Z), dan T score (nilai standar T).
Dalam dunia pendidikan formal kita, nilai standar yang dipergunakan pada lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah adalah nilai standar berskala sebelas (stanel), sedangkan pada lembaga pendidikan tinggi , pada umumnya digunakan nilai standar berskala lima (stanfive) atau nilai huruf.
C.       Macam-Macam Teknik dan Cara Konversi Nilai
Konversi nilai adalah proses pengubahan dari skor mentah menjadi nilai standar (huruf) dengan mengacu pada parameter atau pendekatan penlaian tertentu. Konversi yang akan dijabarkan di sini terkait 2 pendekatan penilaian yang sudah disebutkan sebelumnya.
1.         Konversi mengacu pada PAP (criterion referenced evaluation)
Criterion refferenced evaluation ialah penilain yang diorientasikan kepada suatu standar absolut, tanpa dihubungkan dengan suatu kelompok tertentu. Misalnya, penilaian prestasi siswa atau mahasiswa yang didasarkan atas suatu kriteria pencapaian tujuan instruksional dari suatu mata pelajaran atau bagian dari mata pelajaran yang diharapkan dikuasai oleh siswa atau mahasiswa setelah melalui sejumlah pengalaman belajar tertentu. Contoh lain, salah satu syarat untuk dapat diterima sebagai calon siswa angkatan udara harus memiliki tinggi badan minimal 170 cm. Ketentuan ukuran tinggi badan 170 cm inilah sebagai kriteria yang merupakan standar mutlak dalam penilaian calon siswa yang memiliki tinggi badan kurang dari 170cm dengan sendirinya tidak akan diterima. Criterion referenced measurement atau disebut juga acuan patokan adalah possi siswa adalah apabila posisi siwa merupakan hasil penampilannya dalam mengerjakan suatu tes pengukuran. Dalam acuan patokan apa yang dicapainya dalam suatu tes adalah menggambarkan penampilanya dalam mengerjakan tes sebagai contoh tujuan yang hendak dicapai dalam proses evaluasi dapat ditunjukan sebagai berikut :
a.       Siswa dapat menampilakan perhitungan dela[pan dari sepuluh soal dengan tanpa bantuan alat hitung seperti kalkulator.
b.      Dapat menghapalkan tiga diantara lima metode pengoperasionalkan mesin secara aman
c.       Dapat mencapai dalam ujian bahasa inggris dengan nilai 425 ujian secara toefl Penilaian criterion – referenced sangat relavan bagi lembaga pendidikan yang telah menggunakan kurikulum yang berdasarkan kompetensi ( competency based education).
Apabila dalam penentuan nilai hasil tes hasil belajar itu digunakan acuan kriterium (menggunakan PAP), maka hal ini mengandung arti bahwa nilai yang akan diberikan kepada testee itu harus didasarkan pada standar mutlak (standard absolut) artinya, pemberian nilai pada testee itu dilaksanakan dengan jalan membandingkan antara skor mentah hasil tes yang dimiliki oleh masing-masing individu testee, dengan skor maksimum ideal (SMI) yang mungkin dapat dicapai oleh testee, kalau saja seluruh soal tes dapat dijawab dengan betul.
Karena itu maka pada penentuan nilai yang mengacu kepada kriterium atau patokan ini, tinggi rendahnya atau besar kecilnya nilai yang diberikan kepada masing-masing individu testee, mutlak ditentukan oleh besar kecil atau tinggi rendahnya skor yang dapat dicapai oleh masing-masimh testee. Itulah sebabnya penentuan nilai dengan mengacu pada kriterium sering disebut penentuan nilai secara mutlak (absolut), atau penentuan nilai secara individual.
Penentuan nilai seorang testee dilakukan dengan jalan membandingkan skor mentah hasil tes dengan skor maksimum idealnya, maka penentuan nilai yang beracuan pada kriterium ini juga sering dikenal dengan istilah penentuan nilai secara ideal, atau penentuan nilai secara teoritik, atau penentuan nilai secara das sollen. Istilah “teoritik” maksudnya, bahwa: secara teoritik seorang siswa berhak atas nilai 100, masalnya apabila keseluruhan butir soal tes dapat dijawab dengan benar oleh siswa. Atau seorang peserta tes hanya dapat diberikan nilai 50, sebabhanya 50% dari keseluruhan butir item tes hasil belajar yang dapat dijawab dengan benar. Dengan demikian, maka dalam penentuan nilai yang beracuan pada kriterium, sebelum tes hasil belajar dilaksanakan, patokan itu sudah dapat disusun (tanpa menunggu selesainya pelaksanaan tes).
NILAI=        SKOR MENTAH    x 100
              SKOR MAKSIMUN IDEAL
Contoh: Skor maksimum ideal (jika semua soal dijawab dengan benar) tes Bahasa Jepang adalah 140, dan Bayu mendapat skor mentah sebesar 85. Berapakah skor Bayu setelah dikonversi?
Diketahui : Skor mentah: 85, skor maksimum ideal: 140
Ditanya : Skor setelah dikonversi


Jawab :
NILAI=        SKOR MENTAH            x 100
   SKOR MAKSIMUN IDEAL
            = =60,71 jadi, SKOR Bayu setelah dikonversi adalah 60,71
Setelahnya diterjemahkan menjadi nilai huruf dengan patokan (misal):
A = >80, B = 66 – 79, C = 56 – 65, D = 46 – 55, dan E = < 45. Dengan demikian
Bayu mendapat nilai C untuk tes Bahasa Jepang yang telah diikutinya.
Penilaian beracuan patokan (PAP) sangat cocok diterapkan pada tes-tes formatif, dimana tester ingin mengetahui sudah sampai sejauh manakah peserta didiknya “telah terbentuk”, setelah mereka mengikuti program pengajaran dalam jangka waktu tertentu. Dengan menggunakan criterion referenced evaluation dimana tester dapat mengetahui berapa orang testee yang tingkat penguasaannya tinggi, cukup, dan rendah maka tester akan dapat melakukan upaya yang dipandang perlu agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal.
Criterion referenced evaluation jangan digunakan dalam pengolahan dan penentuan nilai hasil tes sumatif seperti pada ulangan umum untuk mengisi raport, karena criterion referenced evaluation ini dalam penerapannya sama sekali tidak mempertimbangkan kemampuan kelompok (rata-rata kelas) sehingga dikatakan “kurang manusiawi”, maka dengan menerapkan criterion referenced evaluation dalam tes sumatif bisa terjadi bahwa sebagian besar testee dapat dinyatakan tidak lulus.
Kelemahan lain dari penentuan nilai beracuan kriterium adalah, apabila butir-butir soal yang dikeluarkan dalam tes terlalu sukar, maka dalam tes tersebut , testee betapapun pandainya akan memperoleh nilai yang rendah. Sebaliknya, apabila butir soal yang dikeluarkan terlalu mudah, maka testee betapapun bodohnya akan meraih nilai-nilai yang tinggi, sehingga gambaran yang sebenarnya tentang tingkat kemampuan atau tingkat penguasaan testee terhadap materi tes tidak dapat diperoeh sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
2.         Konversi mengacu pada PAN (norm referenced evaluation)
Norm refferenced evaluation adalah penilaian yang diorientasikan kepada suatu kelompok tertentu; jadi, hasil evaluasi perseorangan siswa atau mahasiswa dibandingkan dengan prestasi kelompoknya. Prestasi kelompoknya itulah yang dijaikan patokan atau norm dalam menilai siswa atau mahasiswa secara perseorangan. Norm referenced measuremented disebut pula acuan normatif , merupakan pengukuran yang mendeskriptifkan penampilan atas dasar posisi relatif seorang siswa terhadap siswa lain terhadap siswa lain didalam kelompok atau kelasnya. Pada penilaain acuan normatif , seorang guru dapat mengacu pada ketentuan atau norma yang berlaku disekolah , daerah atau lokal, disamping juga ataun guru bisa menggunakan acuan normatif nasional.
Harus dipahami bahwa penilaian beracuan kriterium ini mendasarkan diri pada asumsi, bahwa:
a.    Hal-hal yang harus dipelajari oleh testee adalah mempunyai struktur hierarkis tertentu, dan masing-masing taraf harus dikuasai secara baik sebelum testee maju atau sampai pada taraf selanjutnya.
Evaluator atau tester dapat mengidentifikasi masing-masing taraf itu sampai tuntas, atau setidak-tidaknya mendekati tuntas, sehingga dapat disusun alat pengukurnya.
Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi Nilai Standar dengan Mendasarkan Diri atau Mengacu Pada Norma atau Kelompok (Norm Referenced Evaluation). Dikenal dengan istilah PAN (Penilaian beracuan Norma) atau PAK (Penilaian beracuan Kelompok). Penilaian ini mendasarkan diri pada asumsi:
a.         Bahwa setiap populasi peserta didik sifatnya heterogen, akan selalu didapati kelompok “baik” (kelompok tinggi), kelompok “sedang” (kelompok tengah), dan kelompok ‘kurang” (kelompok bawah), yang distribusinya membentuk kurva normal atau kurva simetrik.
Maknanya, bahwa bahwa dalam setiap kegiatan pengukuran hasil belajar peserta didik, sebagian besar dari peserta didik tersebut nilai-nilai hasil belajarnya terkonsentrasi disekitar nilai pertengahan (nilai rata-rata), dan hanya sebagian kecil saja yang nilainya tinggi.
b.        Bahwa tujuan hasil evaluasi belajar adalah untuk menentukan posisi relative (= relative standing) dari para peserta tes dalam hal yang sedang dievaluasi itu, yaitu apakah seorang peserta tes posisi relatifnya berada di “atas”, di “tengah” ataukah di “bawah”.
Penilaian beracuan norma atau penilaian beracuan kelompok ini sering dikenal dengan istilah penentuan nilai secara relative, atau penilaian dengan mendasarkan diri pada standar relatif.
Istilah lain yang sering diberikan kepada penentuan nilai beracuan kelompok adalah: penentuan nilai secara empirik, penentuan nilai secara aktual atau penentuan nilai secara das sein.
Dikatakan penentuan nilai secara aktual, sebab disini penentuan nilai itu didasarkan kepada distribusi skor yang secara aktual (menurut kenyataannya) dicapai oleh testee dalam suatu tes hasil belajar. Dikatakan penentuan nilai secara kelompok, sebab yang dijadikan patokan dalam penentuan nilai adalah prestasi kelompok. Dikatakan penentuan nilai secara empirik atau secara das sein, sebab penentuan nilai dilakukan dengan memperhatikan hasil-hasil tes secara empirik yaitu skor-skor hasil tes sebagaimana yang dapat dilihat, diamati atau disaksikan dalam praktek lapangan,setelah tes tersebut berakhir, dan tidak mendasarkan diri pada patokan-patokan yang bersifat teoritik atau ideal
3.         Kombinasi (absolut dan norma relatif)
Prosedur penilain relatif maupun penilaian absolut yang diterapkan seperti apa adanya tidak selalu dapat memuaskan. Bahkan kadang-kadang tidak mungkin untuk dilakukan. Hal tersebut disebabkan keadaan distribusi skor hasil tes yang tidak selalu mumanuhi asumsi tertentu sebagai syarat penggunaan salah satu prosedur yang bersangkutan atau disebabkan alas an-alasan praktis dan pertimbangan-pertimbangan didaktik lain.
Menghadapi kemungkinan tidak dapatnya penerapan prosedur penilaian relatif atau absolut secara murni, suatu kombinasi dari kedua prosedur tersebut dapat digunakan sebagai jalan keluar.
Gambaran Sederhana prosedur kombinasi ini adalah penetapan lebih dahulu suatu skor sebagai criteria yang harus dicapaioleh siswa kemudian penerapan norma penilaian relatif pada kelompok siswa yang melampaui criteria tersebut.





BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Konversi adalah pengubahan atau pengolahan skor mentah hasil tes belajar menjadi nilai standar. Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang oleh testee telah dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya.
Nilai pada dasarnya adalah angka atau huruf yang melambangkan seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang telah ditunjukkan oleh testee terhadap materi atau bahan yang diteskan, sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan.
Skor-skor hasil tes yang pada hakikatnya masih merupakan skor-skor mentah yang perlu diolah lebih dahulu sehingga dapat diubah (dikonversi) menjadi skor yang sifatnya baku atau standar (=standar score)
Ada 3 cara dalam mengkonversi nilai tersebut, yaitu :
a.    Konversi nilai absolute
b.    Konversi nilai Norma relative
c.    Konversi nilai kombinasi
B.       SARAN
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Sebab itulah kami memohonkan saran dari rekan-rekan sekalian sekaligus bapak/ ibu dosen demi sempurnanya makalah ini. Atas saran dan masukannya terlebih dahulu kami ucapkan terima kasih












DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. 2008. Jakarta : Bumi Aksara
Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. 2010. Bandung: Rosda
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. 2006. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sukardi. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya.2004. Jakarta: Bumi Aksara

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar