Konversi
Nilai 1
(
Norma Relatif, Absolut,dan Kombinasi)
Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran
Dosen : Naela Rifatil Muna,
S.Psi.M.Pd.I
Disusun oleh :
1.
Desi Larashati (59430579)
2.
Laelatul Fitriyah (59430593)
3.
Lasmini (59430594)
4.
Via Nurlaelasari (59430613)
5.
Yusri Salamah (59430616)
Semester 6 PBI-C
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2012
KATA PENGANTAR
Segala
puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konversi Nilai 1 ( Norma Relatif,
Absolut,dan Kombinasi)”.
Makalah
ini kami susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran pada Semester VI
Tarbiyah PBI - C tahunI/2012.
Kami
ucapkan mohon ma’af apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah
ini. Kami mengharapkan kritik dan saran kepada rekan-rekan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfa’at pada kita semua.
Cirebon, Maret 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C.
Tujuan ....................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Konversi .................................................................................................. 2
B.
Pengolahan dan Perubahan Skor Mentah
Menjadi Nilai........................................... 4
C.
Macam-Macam Teknik dan Cara Konversi
Nilai....................................................... 4
1.
Konversi Mengacu Pada PAP.......................................................................... 5
2.
Konversi Mengacu Pada PAN......................................................................... 7
3.
Kombinasi (Absolut dan Norma Relatif)......................................................... 8
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ............................................................................................................... 10
B.
Saran ......................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Nilai adalah angka atau huruf yang
melambangkan seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang telah ditunjukkan
oleh testee terhadap materi atau bahan yang diteskan sesuai dengan
instruksional khusus yang telah di tentukan.
Salah satu unsur yang harus dipahami
oleh mahasiswa agar dapat melakukan konversi nilai dengan benar adalah
mengetahui apa yang dimaksud dengan konversi nilai, Norma relatif, absolut, dan
kombinasi. Tanpa adanya pemahaman tentang apa itu konversi nilai, maka sangat
mustahil seseorang dapat melakukan penelitian dengan baik dan benar.
Melihat urgensitas permasalahan ini maka judul dari makalah ini adalah “Konversi nilai , Norma relatif, absolut dan kombinasi” sebagai judul makalah kami.
Melihat urgensitas permasalahan ini maka judul dari makalah ini adalah “Konversi nilai , Norma relatif, absolut dan kombinasi” sebagai judul makalah kami.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan keterangan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apa yang
dimaksud dengan konversi?
2. Bagaimana
mengkonversi skor hasil tes belajar menjadi nilai?
3. Apa saja
macam-macam teknik dalam konversi?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan konversi
2. Untuk
mengetahui bagaimana cara mengkonversi nilai
3. Untuk
mengetahui macam-macam teknik dalam konversi nilai (bentuk Norma relatif,
absolut dan kombinasi)
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Konversi
Sebelum sampai pada pembicaraan tentang
teknik pengolahan dan pengubahan (konversi) skor mentah hasil tes belajar
menjadi nilai standar, perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang perbedaan
antara skor dan nilai. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kadang-kadang
orang menganggap bahwa skor itu mempunyai pengertian yang sama dengan nilai;
padahal pengertian seperti itu belum tentu benar.
Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (=
memberikan angka) yang diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi
setiap butir item yang oleh testee telah dijawab dengan betul, dengan
memperhitungkan bobot jawaban betulnya. Contoh berikut ini kiranya akan
memperjelas pernyataan diatas.
Misalkan tes hasil belajar dalam bidang
studi bahasa Inggris menyajikan lima butir soal tes uraian dimana untuk setiap
butir soal yang dijawab dengan betul diberikan bobot 10. Siswa bernama Aisyah,
untuk kelima butir soal tes uraian tersebut memberikan jawaban sebagai berikut
:
·
Untuk butir soal
nomor 1 dapat dijawab dengan sempurna, sehingga kepadanya diberikan skor 10.
·
Untuk butir soal
nomor 2 hanya dijawab betul separohnya, sehingga skor yang diberikan kepada
siswa tersebut adalah 5.
·
Untuk butir soal
nomor 3, hanya sekitar seperempat bagian saja yang dapat dijawab dengan betul,
sehingga diberikan skor 2,5.
·
Untuk butir soal
nomor 4 dijawab betul sekitar separohnya, sehingga diberikan skor 5
·
Untuk butir soal
nomor 5 dijawab betul sekitar tiga perempatnya, sehingga diberikan skor 7,5.
Dengan
demikian untuk kelima butir soal tes uraian tersebut, siswa bernama Aisyah
tersebut mendapatkan skor sebesar = 10 + 5 + 2,5 + 5 + 7,5 = 30. Angka 30
disini belum dapat disebut nilai, sebab angka 30 itu masih merupakan skor
mentah (raw score), yang untuk dapat disebut nilai masih memerlukan pengolahan
atau pengubahan (=konversi).
Nilai, pada dasarnya adalah angka atau
huruf yang melambangkan : seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang
telah ditunjukkan oleh testee terhadap materi atau bahan yang diteskan, sesuai
dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan. Nilai, pada dasarnya
juga melambangkan penghargaan yang diberikan oleh tester kepada testee atas
jawaban betul yang diberikan oleh testee dalam tes hasil belajar.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa untuk
sampai kepada nilai, maka skor-skor hasil tes yang pada hakikatnya masih
merupakan skor-skor mentah itu perlu diolah lebih dahulu sehingga dapat diubah
(dikonversi) menjadi skor yang sifatnya baku atau standar (=Standard Score).
Jadi, konversi
adalah adalah kegiatan mengubah atau mengolah skor mentah menjadi huruf.
Jika tidak ada kegiatan konversi ini, maka nilai tidak bisa dinterpretasikan.
Konversi adalah tekhnik pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes menjadi
nilai standard, skor adalah hasil pekerjaan (=memberikan angka) yang diperoleh dengan
jalan menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang oleh testee dijawab
dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya.
Konversi
skor
Konversi
skor adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai pesertta didik kedalam
skor terjabar atau skor standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang
diperoleh. Secara tradisional, dalam menentukan nilai peserta dididk pada
setiap mata pelajaran, guru mengguanakan rumus sebagai berikut:
Nilai= = 10 (skala 0 - 10)
Keterangan ∑x = jumlah skor mentah
∑s = jumlah soal
Contoh:
Seoarang
peserta didik dites dngan menggunakan bentuk soal B S ( benar salah).
Dari jumlah soal 30, peserta didik tersebut memperoleh jawaban betul 25,
dan jawaban salah 5. Dengan demikian, skor mentahnya adalah 255= 20
Nilai
= 10 = 6,67
Disamping
cara tersebut diatas, ada juga guru yang langsung menentukan nilai berdasarkan
jumlah jawaban yang benar, tanpa mencari skor mentah terlebih dahulu. Sesuai
dengan contoh soal diatasmaka nilai peserta didik dapat ditemukan seperti
berikut ini:
Nilai
= 10 = 8,33
B.
Hal yang perlu dipahami dalam
Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Menjadi skor standar atau nilai
Ada dua hal penting yang perlu dipahami dalam pengolahan dan pengubahan
skor mentah menjadi skor standar atau nilai, yaitu:
1.
Bahwa
pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai ada tiga cara yang dapat ditempuh,
yaitu:
a.
Bahwa
pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu atau mendasarkan diri pada kriterium atau criterion
(patokan). Cara pertama ini dengan istilah criterion referenced evaluation, dalam
dunai pendidikan sering dikenal dengan istilah penilaian ber-Acuan Patokan
(PAP).
b.
Bahwa
pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan
mengacu atau mendasarkan diri pada norma atau kelompok. Cara kedua ini dikenal
dengan istilah norm referenced evaluation, dalam dunia pendidikan
dikenal dengan istilah penilaian ber-Acuan Norma (PAN), atau penilaian
ber-Acuan Kelompok (PAK).
c.
Dilakukan dengan penilaian kombinasi. Gabungan dari
absolut dengan norma relatif.
2.
Bahwa
pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dapat menggunakan berbagai
macam skala, seperti: skala lima (stanfive), yaitu nilai standar
berskala lima atau yang sering dikenal dengan istilah nilai huruf A, B, C, D,
dan E. Skala Sembilan (stanine), yaitu nilai standar berskala Sembilan di
mana rentangan nilainya mulai dari 1 sampai dengan 9 (tidak ada nilai 0 dan
tidak ada nilai 10), skala sebelas (stanel = standard eleven = eleven points
scale), yaitu rentangan nilai mulai dari 0 sampai dengan 10), Z score
(nilai standar Z), dan T score (nilai standar T).
Dalam dunia pendidikan formal
kita, nilai standar yang dipergunakan pada lembaga pendidikan tingkat dasar dan
menengah adalah nilai standar berskala sebelas (stanel), sedangkan pada lembaga
pendidikan tinggi , pada umumnya digunakan nilai standar berskala lima (stanfive)
atau nilai huruf.
C. Macam-Macam
Teknik dan Cara Konversi Nilai
Konversi nilai adalah proses
pengubahan dari skor mentah menjadi nilai standar (huruf) dengan mengacu pada
parameter atau pendekatan penlaian tertentu. Konversi yang akan dijabarkan di
sini terkait 2 pendekatan penilaian yang sudah disebutkan sebelumnya.
1.
Konversi mengacu pada PAP (criterion
referenced evaluation)
Criterion refferenced evaluation ialah penilain yang
diorientasikan kepada suatu standar absolut, tanpa dihubungkan dengan suatu
kelompok tertentu. Misalnya, penilaian prestasi siswa atau mahasiswa yang
didasarkan atas suatu kriteria pencapaian tujuan instruksional dari suatu mata
pelajaran atau bagian dari mata pelajaran yang diharapkan dikuasai oleh siswa
atau mahasiswa setelah melalui sejumlah pengalaman belajar tertentu. Contoh
lain, salah satu syarat untuk dapat diterima sebagai calon siswa angkatan udara
harus memiliki tinggi badan minimal 170 cm. Ketentuan ukuran tinggi badan 170
cm inilah sebagai kriteria yang merupakan standar mutlak dalam penilaian calon
siswa yang memiliki tinggi badan kurang dari 170cm dengan sendirinya tidak akan
diterima. Criterion referenced measurement atau disebut juga acuan patokan
adalah possi siswa adalah apabila posisi siwa merupakan hasil penampilannya
dalam mengerjakan suatu tes pengukuran. Dalam acuan patokan apa yang dicapainya
dalam suatu tes adalah menggambarkan penampilanya dalam mengerjakan tes sebagai
contoh tujuan yang hendak dicapai dalam proses evaluasi dapat ditunjukan
sebagai berikut :
a.
Siswa dapat menampilakan perhitungan
dela[pan dari sepuluh soal dengan tanpa bantuan alat hitung seperti kalkulator.
b.
Dapat menghapalkan tiga diantara lima
metode pengoperasionalkan mesin secara aman
c.
Dapat mencapai dalam ujian bahasa
inggris dengan nilai 425 ujian secara toefl Penilaian criterion – referenced
sangat relavan bagi lembaga pendidikan yang telah menggunakan kurikulum yang
berdasarkan kompetensi ( competency based education).
Apabila
dalam penentuan nilai hasil tes hasil belajar itu digunakan acuan kriterium
(menggunakan PAP), maka hal ini mengandung arti bahwa nilai yang akan diberikan
kepada testee itu harus didasarkan pada standar mutlak (standard absolut) artinya,
pemberian nilai pada testee itu dilaksanakan dengan jalan membandingkan antara
skor mentah hasil tes yang dimiliki oleh masing-masing individu testee, dengan
skor maksimum ideal (SMI) yang mungkin dapat dicapai oleh testee, kalau saja
seluruh soal tes dapat dijawab dengan betul.
Karena itu maka pada penentuan
nilai yang mengacu kepada kriterium atau patokan ini, tinggi rendahnya atau
besar kecilnya nilai yang diberikan kepada masing-masing individu testee,
mutlak ditentukan oleh besar kecil atau tinggi rendahnya skor yang dapat
dicapai oleh masing-masimh testee. Itulah sebabnya penentuan nilai dengan
mengacu pada kriterium sering disebut penentuan nilai secara mutlak (absolut),
atau penentuan nilai secara individual.
Penentuan nilai seorang testee
dilakukan dengan jalan membandingkan skor mentah hasil tes dengan skor maksimum
idealnya, maka penentuan nilai yang beracuan pada kriterium ini juga sering
dikenal dengan istilah penentuan nilai secara ideal, atau penentuan nilai
secara teoritik, atau penentuan nilai secara das sollen. Istilah “teoritik”
maksudnya, bahwa: secara teoritik seorang siswa berhak atas nilai 100, masalnya
apabila keseluruhan butir soal tes dapat dijawab dengan benar oleh siswa. Atau
seorang peserta tes hanya dapat diberikan nilai 50, sebabhanya 50% dari
keseluruhan butir item tes hasil belajar yang dapat dijawab dengan benar.
Dengan demikian, maka dalam penentuan nilai yang beracuan pada kriterium,
sebelum tes hasil belajar dilaksanakan, patokan itu sudah dapat disusun (tanpa
menunggu selesainya pelaksanaan tes).
NILAI= SKOR MENTAH x
100
SKOR MAKSIMUN IDEAL
Contoh: Skor maksimum ideal (jika
semua soal dijawab dengan benar) tes Bahasa Jepang adalah 140, dan
Bayu mendapat skor mentah sebesar 85. Berapakah skor Bayu
setelah dikonversi?
Diketahui
: Skor mentah: 85, skor maksimum ideal: 140
Ditanya
: Skor setelah dikonversi
Jawab
:
NILAI= SKOR MENTAH x 100
SKOR MAKSIMUN IDEAL
= =60,71 jadi, SKOR Bayu
setelah dikonversi adalah 60,71
Setelahnya
diterjemahkan menjadi nilai huruf dengan patokan (misal):
A = >80, B = 66 –
79, C = 56 – 65, D = 46 – 55, dan E = < 45. Dengan demikian
Bayu mendapat nilai C
untuk tes Bahasa Jepang yang telah diikutinya.
Penilaian beracuan patokan
(PAP) sangat cocok diterapkan pada tes-tes formatif, dimana tester ingin
mengetahui sudah sampai sejauh manakah peserta didiknya “telah terbentuk”,
setelah mereka mengikuti program pengajaran dalam jangka waktu tertentu. Dengan
menggunakan criterion referenced evaluation dimana tester dapat mengetahui berapa
orang testee yang tingkat penguasaannya tinggi, cukup, dan rendah maka tester
akan dapat melakukan upaya yang dipandang perlu agar tujuan pengajaran dapat
tercapai secara optimal.
Criterion referenced
evaluation jangan digunakan dalam pengolahan dan penentuan nilai hasil tes
sumatif seperti pada ulangan umum untuk mengisi raport, karena criterion
referenced evaluation ini dalam penerapannya sama sekali tidak mempertimbangkan
kemampuan kelompok (rata-rata kelas) sehingga dikatakan “kurang manusiawi”, maka
dengan menerapkan criterion referenced evaluation dalam tes sumatif bisa
terjadi bahwa sebagian besar testee dapat dinyatakan tidak lulus.
Kelemahan lain dari penentuan
nilai beracuan kriterium adalah, apabila butir-butir soal yang dikeluarkan
dalam tes terlalu sukar, maka dalam tes tersebut , testee betapapun pandainya
akan memperoleh nilai yang rendah. Sebaliknya, apabila butir soal yang
dikeluarkan terlalu mudah, maka testee betapapun bodohnya akan meraih
nilai-nilai yang tinggi, sehingga gambaran yang sebenarnya tentang tingkat
kemampuan atau tingkat penguasaan testee terhadap materi tes tidak dapat
diperoeh sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
2.
Konversi mengacu pada PAN (norm
referenced evaluation)
Norm refferenced evaluation adalah
penilaian yang diorientasikan kepada suatu kelompok tertentu; jadi, hasil
evaluasi perseorangan siswa atau mahasiswa dibandingkan dengan prestasi
kelompoknya. Prestasi kelompoknya itulah yang dijaikan patokan atau norm dalam
menilai siswa atau mahasiswa secara perseorangan. Norm referenced measuremented
disebut pula acuan normatif , merupakan pengukuran yang mendeskriptifkan
penampilan atas dasar posisi relatif seorang siswa terhadap siswa lain terhadap
siswa lain didalam kelompok atau kelasnya. Pada penilaain acuan normatif ,
seorang guru dapat mengacu pada ketentuan atau norma yang berlaku disekolah ,
daerah atau lokal, disamping juga ataun guru bisa menggunakan acuan normatif
nasional.
Harus
dipahami bahwa penilaian beracuan kriterium ini mendasarkan diri pada asumsi,
bahwa:
a.
Hal-hal yang
harus dipelajari oleh testee adalah mempunyai struktur hierarkis tertentu, dan
masing-masing taraf harus dikuasai secara baik sebelum testee maju atau sampai
pada taraf selanjutnya.
Evaluator atau tester dapat mengidentifikasi masing-masing taraf itu sampai
tuntas, atau setidak-tidaknya mendekati tuntas, sehingga dapat disusun alat
pengukurnya.
Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi Nilai
Standar dengan Mendasarkan Diri atau Mengacu Pada Norma atau Kelompok (Norm
Referenced Evaluation). Dikenal
dengan istilah PAN (Penilaian beracuan Norma) atau PAK (Penilaian beracuan
Kelompok). Penilaian ini mendasarkan diri pada asumsi:
a.
Bahwa setiap
populasi peserta didik sifatnya heterogen, akan selalu didapati kelompok “baik”
(kelompok tinggi), kelompok “sedang” (kelompok tengah), dan kelompok ‘kurang”
(kelompok bawah), yang distribusinya membentuk kurva normal atau kurva
simetrik.
Maknanya, bahwa bahwa dalam
setiap kegiatan pengukuran hasil belajar peserta didik, sebagian besar dari
peserta didik tersebut nilai-nilai hasil belajarnya terkonsentrasi disekitar
nilai pertengahan (nilai rata-rata), dan hanya sebagian kecil saja yang
nilainya tinggi.
b.
Bahwa tujuan
hasil evaluasi belajar adalah untuk menentukan posisi relative (= relative
standing) dari para peserta tes dalam hal yang sedang dievaluasi itu, yaitu
apakah seorang peserta tes posisi relatifnya berada di “atas”, di “tengah”
ataukah di “bawah”.
Penilaian
beracuan norma atau penilaian beracuan kelompok ini sering dikenal dengan
istilah penentuan nilai secara relative, atau penilaian dengan mendasarkan diri
pada standar relatif.
Istilah lain yang sering diberikan kepada penentuan
nilai beracuan kelompok adalah: penentuan nilai secara empirik, penentuan nilai
secara aktual atau penentuan nilai secara das sein.
Dikatakan penentuan nilai secara
aktual, sebab disini penentuan nilai itu didasarkan kepada distribusi skor yang
secara aktual (menurut kenyataannya) dicapai oleh testee dalam suatu tes hasil
belajar. Dikatakan penentuan nilai secara kelompok, sebab yang dijadikan
patokan dalam penentuan nilai adalah prestasi kelompok. Dikatakan penentuan
nilai secara empirik atau secara das sein, sebab penentuan nilai dilakukan
dengan memperhatikan hasil-hasil tes secara empirik yaitu skor-skor hasil tes
sebagaimana yang dapat dilihat, diamati atau disaksikan dalam praktek
lapangan,setelah tes tersebut berakhir, dan tidak mendasarkan diri pada
patokan-patokan yang bersifat teoritik atau ideal
3.
Kombinasi
(absolut dan norma relatif)
Prosedur penilain relatif maupun
penilaian absolut yang diterapkan seperti apa adanya tidak selalu dapat
memuaskan. Bahkan kadang-kadang tidak mungkin untuk dilakukan. Hal tersebut
disebabkan keadaan distribusi skor hasil tes yang tidak selalu mumanuhi asumsi
tertentu sebagai syarat penggunaan salah satu prosedur yang bersangkutan atau
disebabkan alas an-alasan praktis dan pertimbangan-pertimbangan didaktik lain.
Menghadapi kemungkinan tidak dapatnya
penerapan prosedur penilaian relatif atau absolut secara murni, suatu kombinasi
dari kedua prosedur tersebut dapat digunakan sebagai jalan keluar.
Gambaran Sederhana prosedur kombinasi
ini adalah penetapan lebih dahulu suatu skor sebagai criteria yang harus
dicapaioleh siswa kemudian penerapan norma penilaian relatif pada kelompok
siswa yang melampaui criteria tersebut.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konversi adalah pengubahan atau pengolahan skor mentah
hasil tes belajar menjadi nilai standar. Skor adalah hasil pekerjaan menyekor
(memberikan angka) yang diperoleh dengan jalan menjumlahkan angka-angka bagi
setiap butir item yang oleh testee telah dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan
bobot jawaban betulnya.
Nilai pada dasarnya adalah angka atau huruf yang
melambangkan seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang telah ditunjukkan
oleh testee terhadap materi atau bahan yang diteskan, sesuai dengan tujuan
instruksional khusus yang telah ditentukan.
Skor-skor hasil tes yang pada hakikatnya masih
merupakan skor-skor mentah yang perlu diolah lebih dahulu sehingga dapat diubah
(dikonversi) menjadi skor yang sifatnya baku atau standar (=standar score)
Ada 3 cara
dalam mengkonversi nilai tersebut, yaitu :
a.
Konversi nilai absolute
b.
Konversi nilai Norma relative
c.
Konversi nilai kombinasi
B. SARAN
Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Sebab itulah kami memohonkan
saran dari rekan-rekan sekalian sekaligus bapak/ ibu dosen demi sempurnanya
makalah ini. Atas saran dan masukannya terlebih dahulu kami ucapkan terima
kasih
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. 2008. Jakarta : Bumi Aksara
Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi
Pengajaran. 2010. Bandung: Rosda
Sudijono, Anas. Pengantar
Evaluasi Pendidikan. 2006. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sukardi. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan
Operasionalnya.2004. Jakarta: Bumi Aksara
power point : http://www.4shared.com/file/aiu-Wkew/evaluasi_pwt.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar